Rabu, 25 Agustus 2010

KARENA KU SANGGUP . . .

Biarlah ku sentuhmu
Berikanku rasa itu
Pelukmu yang dulu
Pernah buatku

Ku tak bisa paksamu
‘tuk tinggal disisiku
Walau kau yang selalu sakiti
Aku dengan perbuatanmu
Namun sudah kau pergilah
Jangan kau sesali

Reff:
Karena ku sanggup walau ku tak mau
Berdiri sendiri tanpamu
Ku mau kau tak usah ragu
Tinggalkan aku
Huuu.. kalau memang harus begitu

Tak yakin ku kan mampu
Hapus rasa sakitku
Ku ‘kan selalu perjuangkan cinta kita
Namun apa salahku
Hingga ku tak layak dapatkan kesungguhanmu

Kamis, 22 April 2010

AKU INGIN MENCINTAIMU DENGAN SEDERHANA


Hari ini aku Tiba-tiba terisak.

Entah mengapa. Aku sedih sekali hari ini. Kini aku sudah menikah selama lebih dari 10 tahun. Terbayang bahwa diriku pantas mendapatkan lebih dari ini. Seharusnya Aku berhak punya suami yang sudah mapan, yang bisa mengantarku ke mana-mana dengan mobil bagus. Bisa membelikan aku baju2 dan perhiasan, bisa mengajakku menginap di sebuah resort . Bukannya aku yang harus bingung mengelola uang untuk segala kebutuhan sehari-hari, karena memang penghasilan suamiku tidak begitu besar. Sampai kapan aku mesti bersabar, sementara itu bukanlah kewajibanku.

"De... Ade kenapa?" tanya suamiku dengan nada bingung dan khawatir.
Aku menggeleng dengan mata terpejam. Lalu membuka mata. Matanya tepat menancap di mataku. Di tangannya tergenggam sebuah bungkusan warna merah jambu. Ada tatapan rasa bersalah dan malu di matanya. Sementara bungkusan itu enggan disodorkannya kepadaku.

"Selamat ulang tahun ya De'..." bisiknya lirih. "Sebenernya aku mau bangunin kamu semalam, dan ngasih kado ini...
tapi kamu capek banget ya? Ucapnya takut-takut.Aku mencoba tersenyum. Dia menyodorkan bungkusan manis merah jambu itu. Dari mana dia belajar membungkus kado seperti ini? Batinku sedikit terhibur. Aku buka perlahan bungkusnya sambil menatap lekat matanya. Ada air yang menggenang.

"Maaf ya De, aku cuma bisa ngasih ini. .. Nggak bagus ya De?" ucapnya terbata. Matanya
dihujamkan ke lantai.

Kubuka secarik kartu kecil putih manis dengan bunga pink dan ungu warna favoritku. Sebuah jam tangan sederhana berwarna putih keperakan. Segala kesahku akan sedikitnya nafkah yang diberikannya menguap entah ke mana. Tiba-tiba aku malu, betapa tak bersyukurnya aku.

"Jelek ya de'? Maaf ya de'... aku nggak bisa ngasih apa-apa.... Aku belum bisa nafkahin kamu sepenuhnya. Aku belum mampu membahagiakan kamu dan anak-2, Maafin aku ya de'..." desahnya.

Aku tahu dia harus rela mengirit jatah makan siangnya untuk jam tangan ini. Kupeluk dia dan tangisku meledak di pelukannya.

Aku rasakan tetesan air matanya juga membasahi pundakku. Kuhadapkan wajahnya di hadapanku. Masih dalam tunduk, air matanya mengalir. Rabbi... mengapa sepicik itu pikiranku? Yang menilai sesuatu dari materi? Sementara besarnya karuniamu masih aku pertanyakan.

"A' lihat aku...," pintaku padanya. Ia menatapku lekat. Aku melihat telaga bening di matanya. Sejuk dan menenteramkan. Aku tahu ia begitu menyayangi aku, tapi keterbatasan dirinya menyebabkan dia tidak mampu menunjukkan kasih sayangnya secara nyata kepada istri dan anak-2nya selama ini. Hal itu pula yang menyeret dayanya untuk bisa membahagiakan aku. Tercekat aku menatap pancaran kasih dan ketulusan itu.
"Tahu nggak... kamu ngasih aku banyaaaak banget," bisikku di antara isakan.

"Kamu ngasih aku seorang suami yang sayang sama istrinya, yang perhatian. Kamu ngasih aku kesempatan untuk meraih surga-Nya. Kamu sudah ngasih aku anak-2 yang ganteng dan cantik-2 serta pintar.'," senyumku sambil berusaha menahan tangis. "Kamu ngasih aku sebuah keluarga yang sayang sama aku, kamu ngasih aku mama...." bisikku dalam cekat. Terbayang wajah mama mertuaku yang perhatiannya sangat besar padaku.

Rabbana... mungkin Engkau belum memberikan kami karunia yang nampak dilihat mata, tapi rasa ini, dan rasa-rasa yang pernah aku alami bersama suamiku tak dapat aku samakan dengan mimpi-mimpiku akan sebuah rumah pribadi, kendaraan pribadi, jabatan suami yang oke, fasilitas-fasilitas. Harta yang hanya terasa dalam hitungan waktu dunia.

Mengapa aku masih bertanya.
Mengapa keberadaan dia di sisiku masih aku nafikan nilainya. Akan aku nilai apa ketulusannya atas apa saja yang ia berikan untukku? Hanya dengan keluhan? Teringat lagi puisi pemberiannya saat kami baru menikah...

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana.

Kamis, 11 Maret 2010

Indahnya jadi diri sendiri

Menjadi diri sendiri itu lebih nyaman rasanya, dan tak perlu menjadi orang lain untuk menunjukkan siapa dan apa diri kita ini.

Tak sedikit orang yg menghindar dari jati dirinya hanya untuk tampil yg dibilang keren dan gaul katanya dengan cara mengcopy penampilan orang lain yg dianggapnya patut untuk ditiru. dan akan membuat penampilannya jauh lebih keren dari sebelumnya.

tapi di balik penampilannya yg keren itu,dia merasa sangat terbebani oleh pikirannya sendiri. contohnya seperti seseorang yg meniru dandanan rambut.

(contoh yg berlebihan emang) :mrgreen:

Indahnya jadi diri sendiri

Menjadi diri sendiri itu lebih nyaman rasanya, dan tak perlu menjadi orang lain untuk menunjukkan siapa dan apa diri kita ini.

Tak sedikit orang yg menghindar dari jati dirinya hanya untuk tampil yg dibilang keren dan gaul katanya dengan cara mengcopy penampilan orang lain yg dianggapnya patut untuk ditiru. dan akan membuat penampilannya jauh lebih keren dari sebelumnya.

tapi di balik penampilannya yg keren itu,dia merasa sangat terbebani oleh pikirannya sendiri. contohnya seperti seseorang yg meniru dandanan rambut.

(contoh yg berlebihan emang) :mrgreen:

Minggu, 07 Maret 2010

do'a kepada orang tua...

RABBIGFIRLII WALIWAAALIDAYA WARHAMHUMMA KAMMA ROBAYYANII SHAGHIRO...

" Ya Tuhanku, ampunillah dosaku dan dosa ayah ibuku, sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku sewaktu aku masih kecil.


Ya Allah....
Rendahkanlah suaraku bagi mereka ( Ayahku.. )
Perindahlah suaraku di depan mereka
Lunakkanlah watakku terhadap mereka dan
Lembutkanlah hatiku untuk mereka..



Ya Allah....
Berilah mereka balasan yang sebaik-baiknya
Atas didikan mereka padaku dan pihak yang besar
Atas kesayangan yang mereka limpahkan padaku
Peliharalah mereka.... sebagaimana mereka memeliharaku



Ya Allah.....
Apa saja gangguan yang telah mereka rasakan
atau kesusahan yang mereka derita karena aku
atau hilangnya sesuatu hak mereka karena perbuatanku
Jadikanlah itu semua penyebab rontok nya dosa-dosa mereka
Meninggikan kedudukan mereka dan bertambahnya pahala
Kebaikan mereka dengan perkenan-MU


Ya Allah....
Hanya Engkaulah yang berhak membalas kejahatan
dengan kebaikan berlipat ganda. Bila magfirah-Mu telah mencapai mereka sebelumku
Izinkanlah mereka memberi syafaat untukku
Tetapi jika magfirah-Mu lebih dahulu mencapai diriku
Maka izinkanlah aku memberi syafaat untuk mereka



Sehingga kami semua berkumpul bersama dengan sentuhan-Mu
di tempat kediaman yang dinaungi kemuliaan-Mu, ampunan-Mu serta rahmat-Mu
Sesungguhnya Engkaulah yang memiliki karunia Maha Agung
serta anugerah yang tidak berakhir dan Engkaulah
yang Maha Pengasih diantara semua pengasih...


Teruntuk Alm. Papahku ( yayat supriatna ) "Ayah Juara Satu Seluruh Dunia...."
Aku rindu pada ayahku...sangaaaaaaat rindu :((

Minggu, 14 Februari 2010

ALHAMDULILLAH . . . .

Disaat wkt berhenti..kosong..

Dimensi membutakan mata,memekakan telinga
Lalu diri menjadi hampa . . .

Saat paradigma dunia tak lagi digunakan untuk menerka
Sadarku akan kehadiraMU
Mematahkan sendi2 yg biasanya
Tegak berdiri...


Sujudku..

Pun takan memuaskan inginku
Untuk haturkan sembah sedalam kalbu
Adapun kusembahkan syukur padaMU ya Allah . . .


Untuk nama,harta dan keluarga yg mencinta..Dan perjalanan yg sejauh ini tertempa . . .


ALHAMDULILLAH..

Pilihan dan kesempatan
Yang membuat hamba mengerti lbh baik ttg makna diri

Semua lebih berarti akan mudah dihayati

Alhamdulillah . . . Alhamdulillah . . . . Alhamdulillah

Senin, 04 Januari 2010

HIDUP.....................

Hidup memang pilihan, pilihan kita bagaimana menjalaninya. Namun dalam perjalanannya, terkadang kita bingung pilihan mana yang sebaiknya kita ambil. Kita tidak tahu akhirnya, itu yang membuat kita bingung. Semua kita pasti ingin pilihan yang kita ambil itu adalah pilihan yang tepat. Karena kita ingin pilihan yang kita ambil itu adalah alternatif pilihan yang paling baik dari semuanya.

Hhh…Hidup. Satu kata saja. Namun berarti banyak hal. Hidup ini Cuma satu kali. Jangan sampai kita menyesal tentang masa lalu. Bagaimanapun juga itu adalah hasil dari pilihan yang pernah kita ambil. Orang yang benar-benar menyadari bahwa hidup ini hanya satu kali, pasti akan memakai hidupnya dengan baik. Dia tidak akan menyia-nyiakan setiap kesempatan yang ada dan dia akan berhati-hati dalam setiap pilihan hidup yang akan dia ambil. Baginya, dia dapat tetap hidup dan meneruskan perjalanan hidupnya hari ini adalah sebuah anugrah dan kesempatan. Dia takkan membuang-buang waktunya untuk hal yang tidak berguna. (Tidak termasuk refreshing lho – karena refreshing itu juga berguna). Ada dua tipe orang yang berpola pikir seperti ini. Pertama adalah orang yang sangat berambisi dalam hidupnya. Seorang planner yang perfeksionis, dan seorang yang tahu benar prioritas hidupnya. Bahwa hidup ini tak boleh disia-siakan. Hidup ini harus menghasilkan sesuatu. Dan orang yang seperti ini cenderung seorang pekerja keras, sehingga dia lupa apa artinya menikmati hidup. Dia akan mengejar goal nya dengan caranya masing-masing, dan dia berambisi untuk itu. Sehingga dia tidak akan pernah bisa menikmati hidupnya dan apa yang dia lakukan. Tipe orang yang kedua adalah orang yang memang tahu bahwa hidupnya harus diisi dengan kegiatan yang berguna. Namun dia tetap tahu artinya menikmati hidup. Dia menjalani hidupnya dengan prioritas, namun dia tetap santai menjalaninya. Sehingga dia benar-benar menikmati apa yang dia lakukan. Dia tahu dalam perjalanan hidupnya, dia tidak perlu terus terpaku pada tujuan hidupnya. Namun sesekali dia akan berjalan santai dan melihat sekekelilingnya – tanpa melupakan prioritas hidupnya. Dia tahu hidup ini indah, jika dia menikmatinya.

Bagaimana pun juga, setiap orang memiliki pandangannya sendiri-sendiri tentang hidup. Sebagian orang memandang hidup sebagai sebuah perjuangan, ada pula yang menganggap hidup seperti sebuah roda yang terus berputar, atau hidup adalah sebuah script film yang sudah disutradarai oleh Tuhan, dan banyak lagi yang lain. Bagi saya, lain lagi. Bagi saya, hidup adalah anugrah yang telah Tuhan berikan. Anugrah itu adalah kehendak bebas dan pilihan untuk menjalaninya. Namun anugrah itu tetap harus saya pertanggungjawabkan kepadaNya. Saya lahir di dunia untuk menjalani hidup saya dengan sebaik-baiknya. Ketika saya kembali ke hadapanNya suatu hari nanti, saya akan mempertanggungjawabkan apa yang telah saya lakukan dengan hidup saya. Karena kehidupan saya milik Tuhan. (taken from my inspiraton blog)